Diabetes Mulai Mengintai Anak-Anak
COKELAT, permen, dan makanan cepat saji sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak-anak masa kini. Kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut dapat menimbulkan risiko obesitas. Makanan ringan atau snack dan hidangan cepat saji sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup anak-anak zaman sekarang. Terlebih lagi dengan intensnya televisi menayangkan iklan jajanan ringan dan makanan cepat saji sehingga membuat anak semakin tertarik untuk membeli dan mengonsumsi panganan tersebut.
Padahal jika dicermati, aneka makanan dan snack itu mengandung kadar gula dan garam yang sangat tinggi. Ketika dikonsumsi, makanan dan minuman manis langsung diserap dengan cepat oleh pembuluh darah sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan menarik gula dan lemak dari darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan pada masa mendatang.
Proses penyimpanan ini jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan kenaikan berat badan dan pada akhirnya memicu obesitas. Kalau sudah berbicara soal obesitas, buntutnya akan menyinggung diabetes, khususnya diabetes mellitus tipe 2. Ya, penyakit ini menjadi salah satu risiko bagi penderita obesitas.
Padahal jika dicermati, aneka makanan dan snack itu mengandung kadar gula dan garam yang sangat tinggi. Ketika dikonsumsi, makanan dan minuman manis langsung diserap dengan cepat oleh pembuluh darah sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan menarik gula dan lemak dari darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan pada masa mendatang.
Proses penyimpanan ini jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan kenaikan berat badan dan pada akhirnya memicu obesitas. Kalau sudah berbicara soal obesitas, buntutnya akan menyinggung diabetes, khususnya diabetes mellitus tipe 2. Ya, penyakit ini menjadi salah satu risiko bagi penderita obesitas.
Di samping diabetes, penyakit kronis lainnya yang juga mungkin dialami penderita obesitas adalah kardiovaskular (jantung dan stroke), obstructive sleep anea (mengorok), gangguan ortopedik, sindroma metabolik yang berkaitan dengan obesitas yang ditandai dengan resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi, gangguan musculoskeletal, khususnya osteoarthritis, dan policystic ovarian syandrome (PCOS).
Penyakit diabetes, khususnya, perlu diwaspadai para orangtua. Data sebuah penelitian kecil menunjukkan jumlah anak-anak penderita diabetes terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Pada tahun ini saja tercatat sebanyak 65 anak menderita diabetes. Angka ini mengalami kenaikan cukup tajam dari tahun 2009 ketika hanya 32 anak yang menderita diabetes mellitus atau diabetes mellitus tipe 2, ujar dokter spesialis anak endokrin FKUI, dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K).
Aman menyebutkan, penyakit diabetes pada anak-anak dipengaruhi berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, adanya riwayat diabetes di keluarga, anak lahir dengan berat badan rendah, dan kegemukan (obesitas).
Adapun yang cukup mengkhawatirkan, musim liburan justru menjadi bulan ketika angka kejadian anak yang menderita diabetes ini terlihat cukup menonjol. Aman mengatakan, kliniknya sering dikunjungi pasien diabetes mellitus anak-anak sepanjang liburan sekolah, terutama pada bulan Januari dan Juni. Bahkan, menurut dia, sepanjang bulan Juni ini, dia sudah menemukan tiga kasus baru.
Angka kejadian dapat meningkat karena pada bulan tersebut, aktivitas fisik anak-anak justru sedang berkurang. Yang biasanya anak-anak pergi ke sekolah belajar, pada musim liburan, mereka bersantai di rumah sambil iseng mengudap camilan, kata Aman. Kunjungan ke mal dan menikmati makanan di restoran cepat saji, misalnya, tak urung membuat anak-anak mengonsumsi kadar gula dan garam yang lumayan tinggi.
Namun, dia juga menemukan banyak di antara orangtua yang tidak memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi anak dan akhirnya mereka terkejut begitu mengetahui sang anak divonis menderita diabetes.
Maklum saja, para orangtua ini umumnya bekerja dan menyerahkan pengurusan anak kepada pembantu rumah tangga sepenuhnya. Akibatnya konsumsi makanan menjadi tidak terkontrol. Ironis jadinya, kalau saya tanya kepada orangtua, berapa botol susu dihabiskan anak dalam sehari, mereka bertanya kembali kepada baby sitter atau pembantunya, kata Aman. Aman menekankan, hal inilah yang perlu dicermati orangtua lebih lanjut. Jangan hanya menyerahkan kewajiban merawat anak pada orang lain semata.
Untuk mencegah obesitas pada anak, Aman menganjurkan agar para orangtua mengembalikan pola makan anak yang benar. Untuk tumbuh kembang, anak butuh 1.600 kalori setiap harinya yang dibagi dalam 3 kali makan dan diselingi 2 kali snack. “Pemberian snack diberi jangka waktu dua jam sebelum makan. Minum susu secukupnya saja dan tingkatkan aktivitas fisik anak,” kata Aman.
sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2011/06/23/195/471956/diabetes-mulai-mengintai-anak-anak